Menjadi Calon Suami Idaman...

Sebenernya agak berat materi yang saya ambil kali ini. Saya menyadur dari penulis Ernia Karina (Sumber). Mari Kita Mulai

1. Luangkan waktu untuk anak anakmu nanti. Sentuhan ayah akan membantu mereka mengembangkan diri.
Persoalan anak memang sudah seharusnya jadi tanggung jawab bersama. Dalam mengurus anak, memang peran seorang istri lebih mendominasi. Istrilah yang seringkali memandikan, menggantikan popok, menyuapi, mengajak bermain, mencuci botol susu, hingga menina bobokan anak. Tetapi bukan berarti seorang suami bisa lepas tangan dan tidak ikut mengurusi persoalan itu. Seorang suami juga harus mau untuk turun tangan membantu istrinya dalam mengasuh anak. Meski porsinya tak sebanyak istri, setidaknya seorang sumi juga harus terampil dalam mengurusi anak-anaknya. Peran ayah terbukti penting untuk membantu proses tumbuh kembang anak. Bagaimanapun anak ini ‘kan hasil dari buah cinta bersama istri, jadi wajar ‘kan jika istri berharap suami juga meluangkan waktu untuk membantu mengurus si buah cinta ?

2.  Sesibuk apapun untuk mencari nafkah, jangan pernah lupa berbagi kehangatan dengan keluarga dirumah.

Pada dasarnya, tujuan seorang kepala keluarga untuk bekerja adalah demi menafkahi keluarganya. Tetapi, terkadang kesibukannya dalam mencari sesuap nasi itu berakibat pada hilangnya waktu-waktu kebersamaan dengan keluarga. Sehingga suami tak punya cukup banyak waktu untuk sekedar bercengkrama dengan anak dan istrinya.
Seorang istri pasti akan memahami  dan memaklumi kesibukan sorang suami yang bekerja banting tulang untuk mencari nafkah. Tetapi, seorang suami juga harus menyadari bahwa waktu kebersamaan keluarga adalah hal yang paling berharga. Untuk apa ia banting tulang mencari nafkah jika pada akhirnya keluargalah yang menjadi korban. Itulah sebabnya, penting bagi seorang suami untuk selalu meluangkan waktu untuk keluarganya. 
 
3. Saat melihat istri sudah lelah tawarkan bantuan untuk sesekali mengurusi pekerjaan rumah.
 
 
Selain mengasuh dan mengurus anak, urusan pekerjaan rumah juga dibebankan kepada istri. Terkadang suami tak mau tahu, saat dia pulang ke rumah, yang dia inginkan adalah keadaan rumah yang bersih dan nyaman. Padahal ada juga istri yang bekerja kantoran juga.  Bisa bayangkan ‘kan bagaimana repotnya menjadi seorang istri?
Seorang suami memang sebaiknya pengertian kepada istrinya. Membantu istri soal urusan pekerjaan rumah juga tak akan menurunkan harga dirinya sebagai seorang kepala rumah tangga. Mengulurkan bantuan kepada istri justru akan membuat istri merasa dihormati dan tersanjung, dengan begitu istri akan lebih sayang dan menghormati suami.

4. Sebagai seorang laki-laki, kelihaian untuk memperbaiki perkakas dan peralatan rumah tangga akan sangat dihargai.



Jika perempuan dituntut untuk bisa memasak, seorang laki-laki juga dituntut untuk bisa melakukan hal-hal yang berhubungan dengan pertukangan. Skill-skill pertukangan ini memang perlu dikuasai oleh seorang cowok, karena saat ia menjadi suami, dialah yang akan selalu diandalkan untuk menangani berbagai masalah di rumah. Seperti soal memperbaiki kran air ledeng, membetulkan genting yang bocor, membetulkan listrik yang korslet, hingga bisa mereparasi barang-barang elektronik.
Tidak wajib memang, tetapi jika laki-laki bisa berperan bak seorang MacGyver, yang handal dalam ‘mengutak-atik’ segala hal, tentu ini akan menguntungkan dirinya dan keluarganya. Oleh karena itu, seorang laki-laki lebih baik melengkapi dirinya dengan skill-skill tertentu demi kemudahannya saat berumah tangga nanti.

5. Harus bisa memasak meskipun hanya sedikit kemampuan untuk itu.



Cowok bisa masak itu poin plus banget. Bahkan saat ini makin banyak cewek-cewek yang mengakui bahwa cowok yang bisa memasak adalah cowok-cowok yang seksi. Nggak perlu jago seperti chef-chef tampan yang ada di televisi kok, yang penting dia bisa memasak makanan-makanan yang sederhana. Setidaknya dia bisa memasak nasi goreng, mie goreng, spagethi, sup, dan sejenisnya.
Suami yang bisa memasak juga sama saja membantu meringankan beban istrinya. Jika suatu saat nanti sang istri sedang ke luar kota, hamil atau mungkin sedang sakit, sang suami tak akan kelabakan dan repot-repot mencari makanan di luar. Suami  juga bisa lebih mandiri dan bisa berinisiatif untuk memasak bagi dirinya sendiri, istri, dan anak-anaknya.
 
6. Punya kemampuan mengemudi yang mumpuni bisa berguna bagi kehidupan keluarga nanti.
 


Laki-laki memang sudah seharusnya bisa mengendarai kendaraan bermotor. Kemampuan untuk mengendarai kendaraan bermotor saat ini adalah kemampuan dasar yang sangat wajib untuk dikuasai. Seorang suami pasti akan mengantar dan menjemut istri dan anak-anaknya. Jika tidak bisa mengendari motor atau mobil, bagaimana bisa kegiatan antar jemput ini bisa terlaksana?
Bisa mengendarai motor dan mobil, akan sangat berguna dan menguntungkan bagi keluarga. Ke mana-mana jadi lebih mudah dan efisien. Mengingat transportasi umum di Indonesia masih banyak yang belum cukup bersahabat bagi anak-anak, maka akan lebih aman jika seorang ayah mengantar jemput anak-anaknya ke sekolah, atau saat agenda liburan ke luar kota, akan jauh lebih mudah dan murah karena tak perlu bingung-bingung harus menyewa seorang supir.

7. Imam dalam keluarga, jadi dituntut untuk bisa memimpin sebaik baiknya.
 
Kodrat seorang laki-laki adalah menjadi imam bagi keluarganya kelak. Seorang imam pasti harus bisa memimpin keluarganya untuk bersujud menghadap kepada Sang Pencipta. Tak hanya bisa menjadi imam sholat yang baik dan benar saja, seorang imam yang baik juga punya tugas untuk bisa membimbing istri dan anak-anaknya untuk beribadah lebih baik lagi. Ibadah adalah perkara hubungan antara manusia dan Tuhannya, oleh karena itu, seorang suami harus benar-benar paham mengenai bacaan sholat dan juga ilmu agama.

8. Tegas, tetapi harus mempunyai kendali emosi dan tahu batas.



Sudah pasti seorang suami harus memiliki sikap yang tegas, terutama saat membuat keputusan-keputusan krusial bagi kelarganya. Tapi kadang kala, sikap tegas yang ditunjukkan oleh seorang suami muncul beriringan dengan luapan emosi. Padahal untuk bisa mengambil sebuah keputusan yang bijaksana, seseorang harus bisa mengenyampingkan emosinya.
Oleh karena itu, seorang suami itu wajib untuk memiliki rasa sabar. Dia harus bisa menahan emosinya agar bisa terhindar dari hal-hal buruk dan kasar yang tak sepantasnya dilakukan seorang suami kepada istri maupun anak. Emosi adalah suatu hal yang manusiwai, tetapi bagaimanapun juga setiap orang juga wajib bertanggung jawab mengendalikan emosinya. 
 
9. Jadilah suami, ayah, sahabat dan musuh terhebat dalam berbagi hal walau sudah menikah.
 
Berumah tangga memang butuh kerja sama yang kompak antar suami dan istri. Koordinasi antar suami dan istri itu penting agar pekerjaan sebagai suami atau istri bisa ditanggung dan dilakukan bersama-sama. Jika suami dan istri bisa saling membantu soal urusan rumah tangga, tak ada salah satu pihak yang merasa terbebani. Kehidupan rumah tangga pun akan terjaga keharmonisannya.
 
10. Jangan lelah untuk membuat kejutan dan membuat cinta setiap hari.
 
Kehidupan percintaan saat sebelum menikah sangat berbanding terbalik dengan kehidupan setelah menikah. Banyak yang berkata bahwa cerita cinta yang terjadi di antar suami dan istri tak lagi seromantis saat seperti masih berpacaran. Rasa bosan kepada pasangan masing-masing pun seringkali menyerang. Jika hal sepele ini tak dilawan dan diatasi, bisa menjadi sebuah ancaman besar bagi rumah tangga.
Oleh karena itu, suami juga perlu untuk selalu berusaha agar rasa cintanya kepada istri dan keluarganya terus bersemi. Tentu upaya untuk menjaga rasa saling cinta ini juga harus dilakukan oleh istri. Menimbulkan rasa saling cinta kepada pasangan sehidup semati bukanlah perkara sepele. Kesetiaan dan rasa cinta suami istri akan selalu mendapat ujian hingga maut memisahkan mereka. Karena itulah, penting bagi seorang suami maupun istri untuk bisa saling menjaga keromantisan dalam berumah tangga.

Facebook Twitter RSS